Selasa, 29 September 2015

Menyambut "Batik Day e~SchooL", Sabtu 3 Oktober 2015


Di postingan kali ini saya akan membahas tentang batik, tepatnya proses pembuatannya, tapi sebelum itu saya disini akan memperkenalkan dahulu macam-macam batik khas Indonesia berdasarkan tekhnik pembuatannya :

Macam-macam batik berdasarkan tekhnik pembuatannya :

  • Batik Tulis
  • Batik Jumput
  • Batik Cap
  • Batik Kombinasi


Nah, setelah selesai memperkenalkan macam-macam batik berdasarkan tekhnik pembuatannya, di kesempatan kali ini saya akan menjelaskan tentang proses pembuatan batik, disini saya menggunakan tehnik Batik Tulis
Pertama siapkan dulu bahan dan alat yang dibutuhkan seperti :

  • Kain Mori (terbuat dari sutra atau katun), disini saya menggunakan kain berukuran 1 x 1 meter
  • Pensil, penghapus, penggaris
  • Malam
  • Kompor dan wajan khusus membatik
  • Canting
  • Gawangan, bila perlu
  • Kuas
  • Cat khusus batik, disini saya menggunakan cat jenis remasol
  • Water Glass atau penguat



Nah, setelah selesai mempersiapkan semua alat dan bahan, anda bisa memulai proses membatik. Proses ini saya bagi menjadi 4 tahap, yaitu Tahap menggambar pola, Penyantingan, Pewarnaan, dan tahap pelorotan.

Tahap menggambar pola
Di tahap ini, anda hanya perlu menggambar pola di atas kain menggunakan pensil. Jangan takut saat menggambar pola, jika ada kesalahan saat menggambar, anda tidak perlu menghapus terlalu kuat, karena saat proses pelorotan pensil tidak akan membekas.

Tahap penyantingan
Pertama anda panaskan dahulu malam diatas wajan, tunggu sampai benar benar panas dan bertekstur cair (bukan kental). Lalu mulai menyanting diatas pola, saya sarankan saat mengambil malam menggunakan canting, tidak perlu sampai memenuhi canting, hanya sepertiga bagian dari canting saja, karena jika terlalu penuh, besar resiko malam tumpah. Pastikan malam bisa tertembus di kain karena jika tidak, saat sudah proses pelorotan,pola tidak akan terlihat. Nantinya saat sudah dilorot bagian yang terkena malam akan berwarna putih. Hati-hati saat menyanting, karena malam sangat panas.

Tahap pewarnaan
Jenis pewarna untuk batik ada bermacam –macam yaitu pewarna sintetik seperti Remasol, indigosol dan Napthol, dan pewarna alami seperti kunyit, kulit manggis,kulit akar mengkudu dan daun mangga. Disini saya menggunakan pewarna jenis remasol, karena cara penggunaannya yang gampang. Sebelum digunakan, pewarna tersebut harus diencerkan terlebih dahulu. Saya menggunakan teknik melukis, yaitu dengan cara menggunakan kuas. Karena tekstur pewarnanya yang cair, maka saya tidak perlu terlalu tebal memberi pewarnanya pada kain, karena pewarna akan menjalar dengan sendirinya. Setelah selesai mewarnai anda bisa memberi penguat. Fungsi penguat ini adalah agar warna tidak mudah luntur, disini saya memakai penguat jenis waterglass (untuk remasol, caranya yaitu dengan merendamkan kain ke penguat.

Tahap Pelorodan
Setelah semua tahap selesai, kita berlanjut ke tahap melorod, proses ini bertujuan untuk menghilangkan malam dari kain. Caranya yaitu dengan merendam/merebus kain ke dalam kuali yang berisi campuran air panas dan kanji selama beberapa saat. Dan hasilnya, bagian kain yang terkena malam akan menjadi warna putih.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi anda semua.
Bagi yang ingin langsung mempelajari teknik membatik ini, silahkan datang di
"Batik Day e~SchooL",
Hari Sabtu 3 Oktober 2015 di Lapangan Lasinrang Park pukul 16.00-1730..

Atau datang langsung ke TK Islam e~SchooL, Jl. Ir. Juanda No. 165 / Jl. Jampue, cp. Bunda Hajar 085299424165...

Ditunggu y... ^_^°

Minggu, 13 September 2015

15 Cara Membantu Anak menjadi Pintar..

Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari para orang tua yang datang kepadanya, Thomas Armstrong, Ph.D, Director of American Institute & Multiple Intelligence Expert, AS, berpendapat bahwa sistem pengujian yang diterapkan oleh lembaga layanan khusus anak selama ini lebih berfokus kepada apa yang tidak bisa dilakukan oleh anak-anak, bukan pada apa yang bisa mereka lakukan. Padahal, kata Armstrong, setiap anak memiliki banyak cara untuk dapat tumbuh menjadi anak yang pintar, dan apa pun kemampuan yang mereka miliki layak diakui, dirayakan, serta terus diasah.

Sebuah studi di Harvard University menunjukkan, setiap anak dapat menampilkan kepintarannya dengan cara yang berbeda. Ada yang pintar secara bahasa (linguistik),  menggunakan logika matematika (menghitung angka), bermain musik, menggambar, gerak tubuh (fisik), mengelola emosi, serta kemampuan bersosialisasi.
Sebagai orang tua, kita berperan penting dalam mengembangkan kepintaran si Kecil yang boleh jadi masih tersembunyi. Berikut ini 15 cara yang diperkenalkan Armstrong yang bisa Anda lakukan di rumah untuk membantu meningkatkan kemampuan si Kecil:

•    Beri kesempatan si Kecil untuk menemukan minatnya sendiri. Perhatikan kegiatan yang dipilih olehnya. Saat bermain bersama si Kecil adalah momen yang tepat untuk mengetahui kemampuannya.

•    Perkenalkan si Kecil dengan berbagai kegiatan yang akan menambah pengalamannya. Dengan begitu ia akan menunjukkan kepintaran yang dimiliki. Jangan berasumsi bahwa anak tidak pintar di bidang tertentu karena bisa saja ia belum menunjukkan minatnya.

•    Maklumi apabila si Kecil berbuat kesalahan ketika melakukan sesuatu. Jika anak harus melakukan hal-hal secara sempurna, ia tidak akan terlatih mengambil risiko yang diperlukan untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan belajarnya.

•    Ajukan pertanyaan menarik pada si Kecil yang mungkin selama ini membuat ia takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya, misal: mengapa langit berwarna biru? Lalu temukan jawabannya secara bersama-sama.

•    Libatkan si Kecil dalam setiap kegiatan keluarga yang sifatnya mengembangkan kreativitas. Hal itu dapat menumbuhkan kemampuan belajar yang baru.

•    Jangan memaksa si Kecil untuk belajar, karena justru akan membuatnya terlalu stres atau lelah untuk dapat berkembang. Berikan si Kecil motivasi, bukan memaksa.

•    Ciptakan lingkungan yang dapat memperkaya kemampuan sensoriknya. Hal ini bisa dengan cara menyediakan perlengkapan yang akan merangsang indra, seperti cat mainan, alat musik tabuh (perkusi), dan boneka tangan.

•    Senantiasa tunjukkan keteladanan Anda pada si Kecil karena hal itu dapat memengaruhi perilakunya.

•    Hindari kritik atau menghakimi terhadap hal-hal yang dilakukan si Kecil. Bila selalu dievaluasi, si Kecil akan mudah menyerah (kapok).

•    Ceritakan pengalaman sukses Anda pada si Kecil. Membicarakan hal-hal baik yang Anda alami setiap hari akan membantu meningkatkan harga dirinya.

•    Jadilah pendengar yang baik bagi si Kecil. Hal-hal yang ia bicarakan/tunjukkan bisa menjadi petunjuk tentang kemampuan khusus yang dimiliki.

•    Hindari ‘menyogok’ si Kecil dengan hadiah, karena justru dapat membuat ia merasa bahwa belajar adalah hal yang tidak menguntungkan baginya.

•    Hindari membandingkan si Kecil dengan anak lain. Sebaiknya, bandingkan kemampuan si Kecil dengan apa yang telah ia kuasai sebelumnya.

•    Berikan pilihan pada si Kecil, sebab hal itu dapat menumbuhkan kemauan dan melatih ia berinisiatif.

•    Selalu bermain bersama si Kecil dapat menunjukkan ketulusan Anda.



Yuk praktikkan cara-cara di atas, Bunda!

Kamis, 10 September 2015

Penting! Membasmi Generasi "Home Service"

Apa itu generasi “HOME SERVICE?” Generasi “HOME SERVICE” adalah generasi yang selalu minta dilayani. Ini terjadi pada anak-anak yang hidupnya selalu dilayani oleh orangtuanya atau orang yang membantunya. Mulai dari lahir mereka sudah diurus oleh pembantu, atau yang punya kekayaan berlebih diasuh oleh Babysitter yang setiap 24 jam siap di samping sang anak. Kemana-mana anak diikuti oleh babysitter. Bahkan sampai umur 9 tahun saja ada Babysitter yang masih mengurus keperluan si anak karena orangtuanya sibuk bekerja. Anak tidak dibiarkan mencari solusi sendiri. Contoh kecil saja, membuka bungus permen yang akan dimakan anak. Karena terbiasa ada babysitter atau ART, anak dengan mudahnya menyuruh mereka membukakan bungkusnya. Tidak mau bersusah payah berusaha lebih dulu atau mencari gunting misalnya.



Contoh lain memakai kaus kaki dan sepatu. Karena tak sabar melihat anak mencoba memakai sepatunya sendiri maka orang dewasa yang di sekitarnya buru-buku memakaikan kepada anak. Saat anak sudah bisa makan sendiri, orangtua juga seringkali masih menyuapi karena berpikir jika tidak disuapi makannya akan lama dan malah tidak dimakan. Padahal jika anak dibiarkan tidak makan, maka anak tidak akan pernah merasa apa namanya lapar. Dan saat lapar datang seorang anak secara otomatis akan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Bagaimana dia akan belajar makan sendiri jika dia tidak pernah merasakan apa itu namanya lapar? Bagaimana dia akan belajar membuat minuman sendiri jika dengan hanya memanggil ART atau babysitter atau orangtuanya saja minuman itu akan datang sendiri kepadanya.

Saya mengutip perkataan seorang Psikolog dari Stanford University, Carol Dweck, beliau menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, , “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan”. Tapi beranikah semua orangtua memberikan hadiah itu pada anak? Faktanya saat ini banyak orangtua yang ingin segera menyelesaikan dan mengambil alih masalah anak, bukan memberikan tantangan. Saat anak bertengkar dengan temannya karena berebut mainan, orangtua malah memarahi teman anaknya itu dan membela sang anak. Ada pula yang langsung membawanya pulang dan bilang, ”udah nanti Ibu belikan mainan seperti itu yang lebih bagus dari yang punya temanmu..gak usah nangis”.

Padahal Ibu tersebut bisa mengatakan, “Oh kamu ingin mainan seperti yang punya temanmu ya? Gak usah merebutnya sayang… kita nabung dulu ya nanti kalau uangnya sudah cukup kita akan sama-sama ke toko mainan membeli mainan yang seperti itu”. Kira-kira bagaimana jika Ibu mengatakan demikian? Ada tantangan yang diberikan pada anak bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang dia ianginkan maka dia harus berusaha untuk menabung dulu. Tidak lantas mengambil alih bahwa everything oke…ada Ibu dan ayah disini yang akan mengatasi segala masalahmu nak.

Dalam keseharian Generasi “HOME SERVICE “ semua pekerjaan rumah tangga tak pernah melibatkan anak. Saat anak membuat kamarnya berantakan langsung memanggil asisten untuk segera merapihkan kembali. Anak menumpahkan air di lantai, di lap sendiri oleh Ibunya. Anak membuang sampah sembarangan, dibiarkan saja menunggu ART menyapu nanti. Dalam hal belajar saat anak sulit belajar, orangtua telpon guru les untuk privat di rumah. Dalam hal bersosialisasi saat anaknya nabrak orang sampai mati di jalan karena harusnya belum punya SIM malah sudah bawa kendaraan sendiri. Orangtuanya langsung menyuap polisi agar anaknya tidak diperkarakan dan dipenjarakan. Beres kan…hidup ini tidak susah nak…selama orangtuamu ada di sampingmu. Iya kalau orangtuanya kaya terus…iya kalau orangtuanya hidup terus…semua kan tak pernah bisa kita duga. Generasi inilah yang nantinya akan melahirkan orang dewasa yang tidak bertanggungjawab. Badannya dewasa tapi pikirannya selalu anak-anak, karena tak pernah bisa memutuskan sesuatu yang terbaik buat dirinya. Mau gimana lagi? Memang dididiknya begitu…Sekolah yang carikan orangtua. Jodoh yang carikan orangtua. Rumah yang belikan orangtua, Kendaraan yang belikan juga orangtua. Giliran punya cucu yang mengasuh dan jadi pembantu di rumahnya juga ya si orangtuanya. Kasian banget ya…sudah modalin banyak ternyata orangtua tipe begini hanya akan berakhir jadi kacung di rumah anaknya sendiri. Maaf kalau saya menggunakan istilah ‘kacung” karena saya betul-betul prihatin kepada orangtua yang terlalu menjadi pelindung bagi anaknya, bahkan nanti buat cucunya juga. Kapan bisa mandirinya tuh anak.

Sahabat Nabi Ali Bin ABi Thalib RA sudah memberikan panduan dalam mendidik anak : “Ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua dan bersahabatlah pada anak usia tujuh tahun ketiga.” Jadi anak umur 7 tahun ke bawah memang dididik sambil bermain. Berikan tanggungjawab pada mereka meski masih harus didampingi seperti misalnya mandi sendiri, membereskan mainan, makan sendiri, membuang sampah dll. Untuk anak usia 7 sd 14 tahun mulailah mendisiplinkannya. Misalnya menyuruhnya shalat tepat waktu, belajar berpuasa, mengerjakan PR sepulang sekolah, menyiapkan buku untuk esok pagi, membantu mencuci piring yang kotor, menyapu halaman rumah dll. Apabila anak umur 7 sd 14 tahun itu tidak melakukan kewajibannya maka perlu diingatkan agar dia menjadi terbiasa dan disiplin.


Untuk anak usia 14 sd 21 tahun maka orangtua harusnya bisa bersikap sebagai sahabat atau teman akrab. Orang tua perlu menolong anak untuk belajar bagaimana menggunakan waktunya, dan mengajari anak tentang skala prioritas. Dalam hal ini terkadang orangtua sering merasa kasihan. Karena semakin besar usia anak, maka semakin sibuk dia dengan kegiatan akademiknya. Anak ikut les ini dan itu, kegiatan ekstrakulikuler yang menyita waktu, kerja kelompok dll. Merasa anaknya tidak punya waktu, lalu orang tua, membebaskan anak dari pekerjaan rumah tangga. Padahal skill yang terpenting dalam kehidupan itu bukan hanya dari sisi akademik saja tapi bagaimana dia menghadapi rutinitas yang ada dengan segala keterbatasan waktunya.

Anda yang sudah menjadi orangtua pasti merasakan bagaimana seorang Ibu harus membagi waktunya yang hanya 24 jam itu untuk bisa mengelola sebuah rumah tangga. Pekerjaan yang tiada habisnya. Pekerjaan mencuci baju, menyetrika, membereskan rumah mungkin bisa minta orang lain melakukannya. Memasak juga bisa membeli yang sudah jadi, tapi jam mengasuh anak tidak ada habisnya bukan? Apalagi jika di rumah tidak ada asisten karena sekarang ART semakin langka, jika pun ada gajinya minta selangit. Belum lagi banyak ketidakcocokkan. Udah bayar mahal, ngeyel, minta banyak libur, gak rapih juga kerjanya. Bikin emosi jiwa saja ya ? He..he…he…

Karena itu sebelum anda menjadi depresi sendirian, maka libatkanlah anak anak dalam pekerjaan rumah tangga. Saya pernah membaca sebuah artikel yang meliput tentang sebuah keluarga di Indonesia yang punya 11 anak tanpa ART dan sering traveling ke luar negeri. Manajemen keluarganya TOP banget deh, dan kuncinya mereka melibatkan semua anaknya untuk ambil bagian dalam berbagai pekerjaan rumah tangga. Ada yang bertugas sebagai koki, menyetrika, mencuci, mengepel dll. Kompak banget deh. Asyik kan bisa memberdayakan sebuah keluarga seperti itu. Tidak ada yang meminta dilayani. Semua punya tugas dan tanggungjawab sendiri-sendiri. Saya yakin ke 11 anak mereka kelak akan menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab, sukses dan mandiri.

Oh ya selain melibatkan anak-anak , faktor terpenting dalam meniadakan GENERASI “HOME SERVICE “ adalah peran ayah dalam mengerjakan perkerjaan rumah tangga. Di Indonesia masih banyak suami yang tidak mau terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Seakan-akan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyetrika, mengepel dll itu adalah aib buat seorang suami. Padahal menurut hasil penelitian, keikutsertaan para suami atau ayah dalam pekerjaan rumah tangga, berpengaruh positif terhadap keutuhan dan keharmonisan keluarga loh. Berbagi pekerjaan dalam rumah tangga antara suami dan istri tidaklah perlu dibuat jobdesknya secara tertulis, tetapi buatlah semuanya sesuai dengan kesempatan yang mereka punya. Karena jika dibuat jobdesk bisa membuat pertengkaran apabila salah satu ada yang abai menyelesaikan pekerjaannya dan yang lain tidak mau mengerjakan karena merasa itu bukan tugasnya. Ayah yang menjadi contoh mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga akan menjadi teladan langsung bagi anak laki-lakinya bahwa pekerjaan rumah tangga itu tak mengapa dilakukan seorang laki-laki.

Peran serta ayah dalam membantu pekerjaan rumah tangga ternyata berdampak positif pada hubungan antara anak dengan ayahnya. Rata-rata ayah yang terbiasa melakukan perkerjaan rumah tangga terbukti sangat dekat dengan anaknya. Jika antara ayah dan anak sudah dekat maka hubungan suami dan istri pun akan semakin harmonis. Pengalaman pribadi nih, suami saya suka sekali membacakan buku buat anak kami sebelum tidur. Itu membuat kedekatan emosi diantara keduanya terjalin sangat dalam. Anak saya tak pernah berhenti memuja ayahnya. Ternyata hal itu membuat saya makin mencintai suami karena dia memang sosok yang baik, apalagi dia juga memang tidak segan membantu pekerjaan rumah tanpa saya memintanya. Buat saya, suami yang mau melakukan pekerjaan rumah tangga itu lebih macho dan ganteng dari actor sekaliber Brad Pitt atau Jason Stanham dari Holywood. Betul gak??

Jadi sudah siapkah keluarga anda meniadakan GENERASI “HOME SERVICE?” Yuk kita sama sama mulai dari sekarang demi kebaikan dan masa depan anak-anak kelak.

Setiap kata adalah doa


Setiap kata yang kita ucapkan adalah 'doa' yang juga memiliki frekuensi, dan saat kita mengucapkannya mereka dilepaskan ke alam semesta dan didengar oleh Rabb kita. 


Dan kata2 itu pasti ditanggapi oleh-NYA dengan intensitas dan waktu yang tidak bisa diprediksi oleh kita. Bila kita menggunakan kata-kata yang sangat kuat, seperti "mengerikan", "mengaggetkan" dan "buruk" untuk menggambarkan setiap situasi dalam hidup kita, kita telah mengirimkan frekuensi yang sama kuat, dan hukum sunatullah-NYA merespon dengan membawa frekuensi kembali kepada kita. 

Kita dapat melihat betapa pentingnya bagi kita untuk berbicara secara yakin tentang apa yang kita inginkan, tapi tidak mencoba menggunakan kata-kata negatif yang kuat tentang apa yang tidak kita inginkan ... Apa yang kita rasakan dan yakini, itu yang akan terjadi pada kita... 

Anak adalah amanah, selalu doakan yang terbaik untuk mereka,

Jadikan mereka akrab dengan kata-kata positif hingga dewasa..


Suami Istri di kala senja..

Disebuah rumah sederhana yang asri, tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja.
Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan.

💢Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.
Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah, mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka.

💢Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.

💢Suatu senja ba’da Isya disebuah masjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang dikenakannya ke masjid tadi.
Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri seraya bertanya mesra : “Kenapa Bu?”
Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pak”.
“Ya sudah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya.
Walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati.

💢Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya.
Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.
Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.

💢“Bagaimanapun usahaku untuk ber terima kasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya".

💢Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang kerja,  


💢Kaki yang telah mengantar anak-anak-ku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.


💢Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….

💢Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan.
Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.
Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam :
“Terima kasih ya Bu ”.
“Tidak, Ibu yang seharusnya berterima kasih sama Bapak, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu.

💢“Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan.
Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tahu semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

💢Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri ......
“Bapak kok bicara begitu?
Ibu senang atas semuanya Pak, apa yang telah kita lalui bersama adalah sesuatu yang luar biasa.

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. 

Semuanya dapat kita hadapi bersama.”

💢Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan.
Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,
Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.
Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.

✌Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia.
Ia telah pulang menghadap Sang Penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tasyahud Akhir.

Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.
"Innaa Lillaahi Wainnaa ilaihi Rooji'uun"

💢“Subhanallah.... sungguh akhir perjalanan hidup yang indah” demikian gumam para jama’ah setelah menyadari ternyata dia telah tiada di akhir shalat Jum'at....

Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat ke masjid.
Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan "Selamat Tinggal"....
Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri, Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya,

💢Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.

💢Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya.
Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut.
“Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.
“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang.
» Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia ini berakhir sekalipun.
» Bapak selalu butuh Ibu.
» Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”

💢Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata :
“Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendirian....
Kalau ada kesempatan mendampingi Bapak sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."
Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman.

💝Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya….
 هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ


"Istri mu itu adalah 'Bajumu' dan Suami itu adalah 'Bajumu' pula"

QS Al-Baqarah : 187
Semoga bisa mempererat cinta kasih yg sejati..krn allah..