Daily Activity

Sistem

Sentra

Sistem Sentra adalah pengelolaan kelas yang terpusat pada satu kegiatan dan ditangani oleh satu orang guru secara khusus.

Selengkapnya
Program Tahunan

Manasik Haji

Cilik

kegiatan itu bertujuan untuk mengajak anak-anak bergembira menyambut Tahun Baru Islam sekaligus memberikan gambaran kepada anak-anak tentang seluk-beluk kegiatan haji.

Program Tahunan Lainnya
Program Unggulan

Ekstrakurikuler

Drum Band

Melatih psikomotrik anak didik serta mengajarkan supaya anak lebih peka dan berusaha belajar untuk bertanggung jawab. Karena memadukan sebuah irama drumband tidaklah mudah.

Program Lainnya
Prestasi

Lembaga Pendidikan

e~SchooL

TERBAIK I LEMBAGA PAUD tingkat propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2016

Prestasi Lainnya

Mengapa harus di e~SchooL ?

  • Islami, Modern, dan Berkarakter !

  • Bilingual dan Moving Class (Standar Internasional)

  • Entrepreneurship dan Leadership Program

  • Small Class (Tiap Kelas 10-15 anak)

  • Laporan Perkembangan anak (AKademis dan Psikologis)

Cerita Tentang Kami

Minggu, 06 Agustus 2023

Ayo dalami : Panduan Operasional Model Kompetensi Guru 2023



 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) telah berhasil mengeluarkan berbagai inovasi kebijakan yang diharapkan dapat mengakselerasi transformasi pendidikan. Upaya itu tercermin dalam beberapa kebijakan prioritas, seperti Merdeka Belajar, Pendidikan Guru Penggerak, Program Sekolah Penggerak, Implementasi Kurikulum Merdeka, termasuk menyediakan Platform Merdeka Mengajar sebagai strategi peningkatan kompetensi guru yang mendorong transformasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Panduan Operasional Model Kompetensi Guru disusun sebagai dokumen operasional yang berisi deskripsi fokus area dari masing-masing indikator kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 2626/B/HK.04.01/2023 tentang Model Kompetensi Guru.

Satu dari sekian banyak cara mengukur kualitas Guru dilaksanakan melalui uji kompetensi. Hasil dari uji kompetensi digunakan untuk pemetaan kompetensi. Pemetaan kompetensi dilakukan melalui proses mengidentifikasi, menilai, dan mengevaluasi tingkat penguasaan pengetahuan/keterampilan melalui instrumen pemetaan kompetensi dengan menggunakan rujukan model kompetensi Guru yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 2626/B/HK.04.01/2023 tentang Model Kompetensi Guru, sebagai pemutakhiran atas Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 6565/B/GT/2020 tentang Model Kompetensi.

Dalam Pengembangan Profesi Guru. Hasil dari pemetaan kompetensi dapat menjadi acuan bagi Guru untuk merefleksikan, merencanakan, dan melakukan pengembangan diri, pengembangan kompetensi berkelanjutan, serta pengembangan karier. 


Bagi pemangku kebijakan dan berbagai pihak yang berkepentingan, hasil pemetaan kompetensi digunakan untuk menyusun strategi kebijakan dan atau memperluas akses dalam rangka pembinaan dan peningkatan kompetensi guru.

Penyusunan Model Kompetensi Guru ini menggunakan rujukan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mendefinisikan ‘kompetensi’ sebagai “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru atau Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan” (Pasal 1 angka 10). Selanjutnya, Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. 

Untuk Lebih lengkapnya, Silahkan Download di bawah ini :

Minggu, 02 Oktober 2022

Penguatan Profil Pelajar Pancasila di PAUD (Kita Semua Bersaduara/Bermain dan Bekerja sama)

Ayo Bermain bersama... 

Lupakan sejenak Gadgetmu..


 Sabtu sore di awal bulan Oktober 2022

Masha Allah, senangnya ananda & Orang Tua TK/Playgroup Islam Plus e~SchooL

bisa berkunjung ke SMAN 11 Unggulan Pinrang untuk main bersama kakak-kakak yang kemarinnya sudah melaksanakan pameran hasil projek Profil Pelajar Pancasila-nya..

Nah, saat datang ananda sangat senang. karena langsung disambut dengan musik ceria khas anak-anak, serta senyuman yang sangat ramah ke semua peserta main bersama ini, masha Allah kakak-kakak benar-benar telah mempersiapkan penyambutan yang luar biasa untuk kami...

Setelah disambut, ananda-ananda di ajak untuk duduk mendengarkan sejarah dan cara bermain beberapa permainan tradisional, beberapa diantaranya adalah permainan yang sama sekali belum pernah kami lihat

Permainan Longgak.

Berasal dari kata longngak, Ma’longga menjadi permainan tradisional yang digemari masyarakat Sulawesi Selatan.Longngak yaitumakhluk halus sejenis jin yang bentuk badannya sangat tinggi. 

Arti kata longngak sendiri yaitu tinggi atau jangkung.
Permainan ini termaksud olahraga, dan menurut masyarakat Sulawesi Selatan, sejak dahulu dipercaya sebagai salah satu bentuk pertunjukan upacara adat.Di dalam kehidupan masyarakat tradisional Bugis dimasa silam,penyelenggaraan permainan ini berkaitan dengan problema magis yang tentunya tidak terlepas dari kepercayaan masyarakat yang mistik religius.Antara lain dapat dilihat dalam fungsi permainan yang dianggap sebagai penangkal penyakit. 


Apabila disuatu kampung terdapat penyakit yang merajalela,maka tujuh orang pria dari kampung tersebut dengan berpakaian putih yang semacam talqun,Ma’longga mengitari kampung selama tujuh kali dengan maksud mengusir roh jahat yang menyebabkan wabah tersebut. Dengan cara ini mereka yakin bahwa longngak yaitu makhluk halus yang dianggap baik itu akan turut membantu mereka.

Di dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah ajaran-ajaran islam tersebar luas dalam masyarakat Bugis,maka fungsi relegius ini tidak berfungsi lagi,melainkan dilakukan hanya sekedar permainan biasa dikalangan anak-anak dan remaja.

Karena permainan ini menggunakan alat yang masih belum bisa digunakan sendiri oleh ananda, maka dengan sigap kakak-kakak membantu dan mendampingi, wah benar-benar bermain dan bekerja sama ya...


Permainan Gasing



Gasing merupakan sebuah permainan tradisional yang terbuat dari kayu dan tali. Bentuknya seperti payung terbalik, namun tidak memiliki rongga dan berukuran kecil. Bagian atas gasing akan dililiti tali sebagai alat pemutar ketika di tarik


Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya. Ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang. Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki (paksi). Namun, bentuk, ukuran dan bagian gasing berbeda-beda menurut daerah masing-masing.

Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.


Lompat Tali

Fisik Motorik anak merupakan salah satu aspek yang harus di stimulasi di usia emasnya saat ini, kebanyakan anak dengan karakteristik mereka sebagai generasi Alpha kebanyakan hanya hanya berdiam diri sambil bermain gadget, nah hari ini kita main bebas bersama kakak-kakal dengan lompat tali, walau cuma bisa meloncat sekali dua kali, tapi masha Allah luar biasa ya rasa senangnya...





Toko-toko dian (Permainan Ular Naga)


Ular naga panjang atau yang biasa disebut ular naga adalah sebuah permainan tradisional di Indonesia. Permainan tradisional ini tidak memerlukan alat dan bahan, hanya perlu sekelompok anak yang berbaris sambil memegang baju, pinggang atau bahu teman di depannya. Biasanya anak yang tubuhnya paling besar akan menjadi pemimpin dan berdiri paling depan sedangkan yang paling kecil akan berada di barisan paling belakang. 

Tapi saat bermain ini, ternyata ananda lebih suka dengan menyanyikan lagu naik kereta api tut tut tuuuut... Wah kayaknya sudah tidak sabar mencoba Kereta Api nya Trans Sulawesi ya nak... Smoga segera rampung, dan kita bisa merasakan naik kereta api dari Kota Makassar ke Kota Parepare...

Permainan Kucing Tikus

Permainan ini memiliki banyak manfaat loh! Di antaranya yaitu dapat melatih kerja sama tim, melatih motorik anak, melatih ketelitian dan keseimbangan, membangun rasa percaya satu sama lain, dapat digunakan sebagai wadah untuk berolahraga, melatih kecepatan, dan yang tidak kalah penting yaitu menambah keceriaan dari para pemainnya.


Permainan ini dilengkapi dengan beberapa aturan, di antaranya yaitu tikus pemain dan kucing berada di dalam lingkaran atau di tengah-tengah tikus penjaga. Setelah itu, kucing berusaha menangkap tikus pemain yang keluar dari lingkaran. Peran tikus penjaga yaitu menutup akses bagi kucing untuk dapat menangkap tikus pemain. Jika tikus penjaga jongkok, kucing tidak dapat masuk atau keluar lingkaran. Ketika para tikus penjaga tersebut telah berdiri, maka kucing dapat leluasa untuk mengejar dan menangkap tikus sasarannya. Jika tikus pemain berhasil ditangkap oleh kucing, ia harus menggantikan peran si kucing dan sebaliknya. Dalam permainan ini tidak ada batasan waktu permainan, sehingga permainan bisa berhenti kapan saja, sesuai keinginan pemain atau sesuai dengan kesepakatan di awal.


Daan, akhirnya ditutup dengan lagu : 

Pak Tani Punya kandang...

Pak tani punya kandang besar.. besar... besar
Di dalamnya ada kambing embek... embek... embek
Di sini embeek... di sana embeek
Semua bunyi embeek.

Pak tani punya kandang kecil... kecil... kecil
Di dalamnya ada sapi emoo... emoo... emoo
Di sini emoo.... di sana emooo
Semua bunyi emooo

Daaan tertawalah semua ananda bersama kakak kakak hebatnya diakhir kegiatan sambil bersalaman mengucap terima kasih sudah diajak bermain bersama...



Sungguh kolaborasi menjadikan semuanya indah...
Hari ini sebuah kolaborasi yang sangat menyenangkan bersama ananda...
Bermain permainan tradisional bersama kakak baru, di tempat yang baru,
Dengan suasana seruuuu...
Masha Allah Tabarakallahu
Wajah mereka begitu antusias dan puas...
Terima kasih kakak kakak
keren
SMAN 11 Unggulan Pinrang
Beserta pembina hebatnya semua...
Smoga bernilai ibadah tuk semua..
Sukseski kakak kakak semua...
Salam cinta dari kami Tkplaygroup Islam ESchool ...










Jumat, 06 Agustus 2021

CAPAIAN PEMBELAJARAN DI KURIKULUM SEKOLAH PENGGERAK

 CAPAIAN PEMBELAJARAN 

DI KURIKULUM SEKOLAH PENGGERAK 


ABSTRAK  

Membangun pelajar Indonesia yang memiliki jiwa Pancasila dan memiliki keterampilan abad  21 adalah salah satu tujuan utama pendidikan Indonesia. Untuk mencapainya, maka orang tua,  guru, peserta didik, dan semua pemangku kepentingan perlu mendapatkan pemahaman yang  sama tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang hendaknya dicapai oleh anak dalam  setiap tahapan perkembangan usianya.  


Capaian Pembelajaran (selanjutnya disingkat CP) merupakan kemampuan yang  disasar satuan pendidikan di akhir dari pembelajaran, yang di PAUD dilaksanakan melalui  kegiatan bermain-belajar. Penggunaan Capaian Pembelajaran ini diharapkan sejalan dengan  semangat merdeka belajar. Tulisan ini menjabarkan berbagai hal terkait Capaian Pembelajaran  yaitu latar belakang perlunya Capaian Pembelajaran, konsep, tujuan dan fungsi Capaian  Pembelajaran, pemahaman Capaian Pembelajaran secara keseluruhan maupun elemen elemennya, dan bagaimana menerjemahkan Capaian Pembelajaran ke dalam konteks satuan  pendidikan. Melalui studi literatur, dikaji pula bagaimana konsep capaian pembelajaran  dikembangkan dan dilaksanakan di berbagai negara, dan bagaimana perbandingannya  dengan kurikulum Indonesia saat ini serta kebijakan yang menyertainya. Perbandingan  terhadap kurikulum Indonesia difokuskan pada analisis standar isi dan relevansinya dengan  capaian pembelajaran dan kebutuhan pembangunan manusia Indonesia.  

Hasil kajian tersebut kemudian dipakai untuk membangun rekomendasi terhadap  pengembangan kurikulum di Indonesia. Termasuk didalamnya adalah rekomendasi terhadap  proses penyusunan capaian pembelajaran dan gambaran implementasinya. 

PEMBAHASAN KONSEP CAPAIAN PEMBELAJARAN 

A. Pengertian 

Capaian Pembelajaran (CP) bukanlah istilah asing di dunia pendidikan. Di Indonesia sendiri,  istilah CP lebih sering digunakan di dunia pendidikan tinggi. Meski demikian istilah Capaian 

Pembelajaran sendiri sebenarnya tidak merujuk pada satuan pendidikan tertentu. Capaian  Pembelajaran dikenal juga dengan istilah learning achievement, achievement standard atau  learning outcomes.  

Capaian Pembelajaran adalah suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang merupakan  suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan  oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu periode belajar (Dikti, 2015: 1). Kondisi ini juga  dijalankan oleh sebagian besar negara di Eropa saat ini yang saat ini menggunakan CP sebagai  rumusan tentang apa yang diharapkan untuk diketahui, dipahami dan dapat dilakukan oleh  peserta didik di akhir program atau di akhir rangkaian kegiatan bermain-belajar.  

Capaian Pembelajaran biasanya digunakan untuk menentukan tingkat kerangka  kualifikasi, menetapkan standar kualifikasi, menjelaskan program dan kursus, mengarahkan  kurikulum, dan menentukan spesifikasi penilaian. Selain itu capaian pembelajaran secara tak  langsung akan mempengaruhi metode pengajaran, pembelajaran lingkungan dan praktik  penilaian (ECFOP, 2017:14).  

Capaian Pembelajaran berfokus pada apa yang diharapkan pada peserta didik di akhir  pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendekatan student centered dalam dunia pendidikan.  Kondisi ini juga ditegaskan oleh Kennedy et.al (2014:3) yang menyatakan bahwa tren  internasional dalam pendidikan menunjukkan pergeseran dari pendekatan tradisional yang  "berpusat pada guru" ke pendekatan "berpusat pada siswa". Model alternatif ini berfokus  pada apa yang diharapkan dari peserta didik yang harus dilakukan di akhir modul atau  program. Oleh karena itu, pendekatan ini biasa disebut sebagai pendekatan berbasis hasil.  

Dalam Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian  Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah  dinyatakan bahwa Capaian Pembelajaran merupakan bentuk pengintegrasian kompetensi inti  dan kompetensi dasar yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi yang meliputi: 

sekumpulan kompetensi dan lingkup  materi. Sehingga Capaian Pembelajaran  memungkinkan setiap anak mendapatkan  pengalaman belajar sesuai dengan tingkat  kompetensinya. 


“Secara sederhana CP bisa didefinisikan  sebagai kompetensi pembelajaran yang harus  dicapai peserta didik pada setiap tahap  perkembangan peserta didik untuk setiap  mata pelajaran pada satuan pendidikan dasar  dan pendidikan menengah. Capaian  pembelajaran memuat sekumpulan  kompetensi dan lingkup materi yang disusun  secara komprehensif dalam bentuk narasi.” 


Capaian Pembelajaran diibaratkan sebagai alat navigasi atau  GPS (the Global Positioning System). Setelah tujuan diumpankan  ke perangkat GPS, selanjutnya pengemudi akan dipandu  sepanjang perjalanan dan membawa pengemudi ke tujuan yang disebutkan dengan benar  tanpa rasa takut kehilangan arah atau salah tujuan.  Ketika pengemudi mengambil rute yang salah, maka GPS akan memandu pengemudi dan membantunya untuk kembali pada  rute semula yang mengarah ke tujuan yang hendak dicapai.  


Sehingga Capaian Pembelajaran dapat dipahami sebagai acuan yang membimbing peserta  didik untuk mencapai hasil yang diinginkan dari kegiatan pembelajaran yang direncanakan.  Capaian Pembelajaran juga menunjukkan dan mengarahkan para guru ke jalan yang harus  diikuti dan menyadarkan peserta didik tentang apa yang akan mereka capai di akhir  pembelajaran. 

Dalam Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian  Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah  dinyatakan bahwa capaian pembelajaran juga menjadi kompetensi pembelajaran minimal  yang harus dicapai peserta didik untuk setiap mata pelajaran pada satuan pendidikan anak  usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Capaian Pembelajaran memuat  sekumpulan kompetensi dan lingkup yang disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi.  Pada satuan PAUD disebut dengan Capaian Pembelajaran PAUD (CP PAUD).  

Capaian Pembelajaran PAUD merupakan kemampuan yang diharapkan terbangun dalam diri  anak ketika ia selesai di jenjang PAUD, yaitu tahun sebelum memasuki jenjang pendidikan  dasar. Capaian Pembelajaran PAUD dirumuskan dari rujukan STPPA (Standar Tingkat  Pencapaian Perkembangan Anak), Profil Pelajar Pancasila, pemikiran Ki Hadjar Dewantara,  Early Childhood Development Index (ECDI), serta kurikulum dari berbagai negara



Rasional atau latar belakang dari perumusan Capaian Pembelajaran di PAUD adalah untuk: 1. memberikan lebih banyak ruang kemerdekaan bagi satuan PAUD untuk menetapkan  kebutuhan pengajaran dan pembelajaran.  

Kebutuhan belajar mengajar PAUD harus didasarkan pada kebutuhan anak secara menyeluruh dan penyediaan lingkungan yang menstimulasi anak untuk percaya diri dalam bermain-belajar dan bereksplorasi dengan dukungan satuan pendidikan, orangtua, keluarga, dan masyarakat yang memadai untuk memastikan potensi belajar anak terwujud. 

2. menguatkan transisi dari PAUD ke Sekolah Dasar.  

Capaian Pembelajaran Jenjang PAUD berupaya untuk menempatkan kurikulum PAUD dan  Sekolah Dasar ke dalam satu lajur pembelajaran (learning progression) sehingga ujung  capaian kurikulum adalah titik berangkat di kelas 1 Sekolah Dasar. Ujung dari Capaian  Pembelajaran PAUD adalah membangun kesenangan belajar dan persiapan memasuki  Sekolah Dasar. 

Komponen penting dari kesiapan bersekolah yang dapat didukung satuan PAUD adalah: a. Kematangan emosi yang cukup untuk mengatasi masalahnya sehari-hari b. Keterampilan sosial yang memadai untuk berinteraksi secara sehat dengan teman  sebaya  

c. Kematangan kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat bermain-belajar d. Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang memadai untuk dapat  berfungsi secara fisik di lingkungan sekolah secara mandiri.  

Tentu saja dalam kesiapan bersekolah tidak hanya melibatkan peserta didik, namun pendidik, orangtua, keluarga, serta masyarakat sekitar yang juga mendukung siapnya anak untuk ke jenjang selanjutnya dan bekal awal sebagai pembelajar sepanjang hayat.

3. menguatkan artikulasi penanaman dasar – dasar literasi dan STEAM sejak jenjang PAUD.  STEAM dihadirkan di PAUD sebagai muatan pembelajaran (learning content) sekaligus  sebagai paradigma berpikir (mindset) yang melibatkan keingintahuan, perhatian,  pemecahan masalah dan keberanian menghadapi tantangan dan resiko dalam proses  belajarnya. Literasi sejak dini juga membantu kesiapan anak dalam bersekolah dan bukan  diartikan dalam bentuk drilling (belajar dengan cara berlatih secara berulang-unlang  keterampilan calistung (baca tulis hitung), melainkan tetap berpusat pada kebutuhan  anak dan penumbuhan minat literasi. 

4. memberikan pijakan bagi anak untuk memahami jati dirinya dan dunia. Relevansi PAUD sangat ditentukan oleh manfaat yang dirasakan secara konkret oleh  keluarga dan anak. Melalui eksplorasi lingkungan dan budaya, anak dapat mulai  membangun konsep diri yang positif yang menjadi bekal penting dalam upaya mencapai  kesejahteraan diri (well-being). 


B. Tujuan Capaian Pembelajaran 


1.
Tujuan Capaian Pembelajaran PAUD 

Pembelajaran di PAUD adalah pembelajaran yang mengintegrasikan semua aspek  perkembangan anak dengan penekanan pada kesejahteraannya. Pembelajaran ini  dilakukan dengan rangkaian kegiatan bermain-belajar. Tujuan Capaian Pembelajaran di  PAUD adalah memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan anak (nilai agama,  fisik-motorik, emosional, bahasa, dan kognitif) agar anak dapat membangun kesenangan  belajar dan siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.  

2. Tujuan Capaian Pembelajaran Tingkat SD sampai SMA 

Capaian pembelajaran menunjukkan kemajuan belajar yang digambarkan secara vertikal  dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya serta didokumentasikan dalam suatu kerangka  kualifikasi. Selain itu, capaian pembelajaran juga harus disertai dengan kriteria penilaian 

yang tepat yang dapat digunakan untuk menilai bahwa hasil pembelajaran yang  diharapkan telah dicapai.  

Capaian pembelajaran bersama dengan kriteria penilaian mengidentifikasi tujuan belajar  yang terukur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa capaian pembelajaran kedudukannya  sangat penting dalam pelaksanaan dan penilaian. Pencapaian Capaian Pembelajaran hanya dapat diidentifikasi setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran, dan  diukur melalui penilaian dan harus dapat didemonstrasikan dalam kehidupan nyata. 

PEMBAHASAN RUANG LINGKUP CAPAIAN PEMBELAJARAN  


A. Format Rumusan Capaian Pembelajaran 

1. Bentuk Penulisan 

Format Capaian Pembelajaran ditulis dalam bentuk paragraf, sehingga keterkaitan  antara pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi umum terlihat jelas dan utuh  sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam pembelajaran dan menggambarkan  apa yang akan dicapai peserta didik di akhir pembelajaran. 

Hal ini berfungsi untuk memberikan kesempatan mengeksplorasi materi pelajaran  lebih mendalam, tidak terburu-buru, dan cukup waktu untuk menguatkan kompetensi,  mengingat tahap perkembangan dan kecepatan anak untuk memahami sesuatu belum  tentu sama untuk setiap anak. Kondisi ini juga memungkinkan seorang anak dengan  kondisi berkebutuhan khusus dapat menggunakan Capaian Pembelajaran yang sama  dengan anak pada umumnya (anak di sekolah reguler).  

Pada jenjang PAUD, berbagai pendekatan dan strategi pengelolaan kelas disesuaikan  dengan konteks di satuan pendidikan dan kebutuhan anak. Capaian Pembelajaran yang berbasis kompetensi (competency-based) memberikan keleluasaan dalam  penentuan konten yang sesuai dengan konteks di satuan pendidikan dan minat anak,  dan berfokus pada ketercapaian kompetensi, bukan penyelesaian tema. 

Format ini secara tidak langsung juga akan memudahkan guru untuk mengajar pada  level yang sesuai dengan kemampuan anak saat ini (teaching at the right level). Hal ini  tentunya impian setiap guru untuk dapat mengajar anak sesuai dengan tahapan 

perkembangan anak. Impian anak pula memperoleh layanan pendidikan sesuai  haknya. 

Capaian Pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangkan dan  menguatkan kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan  paradigma baru. Capaian Pembelajaran yang digunakan di Sekolah Penggerak  merupakan hal utama dalam menyusun kurikulum operasionalnya. Kriteria Capaian  Pembelajaran yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan telah ditetapkan oleh  Pemerintah Pusat. 


2. Integrasi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap 

Capaian Pembelajaran merupakan hasil peleburan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Hasil peleburan ini menjadi satu kesatuan penjabaran kemampuan yang  diharapkan dapat dikuasai anak di akhir pembelajaran. Tidak lagi terpisah antara  komponen sikap, pengetahuan dan keterampilan. Capaian Pembelajaran akan menjadi  acuan deskripsi keberhasilan anak dalam mempelajari sesuatu hal. Pengintegrasian  tersebut juga disesuaikan dengan tujuan untuk mengembangkan dan menguatkan  kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila,yang  merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran dengan  paradigma baru.  




3. Fase dalam Perumusan CP 

Capaian Pembelajaran dirumuskan dalam bentuk fase-fase yang menyatakan target  capaian untuk rentang waktu yang lebih panjang (bukannya per tahun seperti  kurikulum terdahulu). Durasi setiap fase dapat berbeda untuk setiap jenjang  pendidikan. Penggunaan istilah “fase” dilakukan untuk membedakannya dengan kelas  karena peserta didik di satu kelas yang sama bisa jadi belajar dalam fase pembelajaran  yang berbeda. Ini merupakan penerapan dari prinsip pembelajaran sesuai tahap  capaian belajar atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level  (mengajar pada tahapan/tingkat yang sesuai). Apabila peserta didik kelas 5 masih 

harus belajar materi Fase B (fase untuk kelas 3-4), misalnya, maka guru dapat  menggunakan materi pelajaran fase tersebut. 

Di PAUD terdapat fase awal yang disebut fase fondasi (TK B). Fase fondasi ini  mencakup Capaian Pembelajaran yang diharapkan dikuasai oleh anak jenjang PAUD  sampai SD kelas awal sehingga memudahkan transisi kemampuan anak dari PAUD ke  SD termasuk di dalamnya kesiapan bersekolah. Pembelajaran di SD berbeda dengan  pembelajaran di PAUD termasuk kompetensi yang diharapkan di dalamnya.  Pembelajaran di PAUD tidak menggunakan mata pelajaran tetapi muatan  pembelajaran yang didalamnya mengintegrasikan keenam aspek perkembangan yang  dirumuskan dalam Capaian Pembelajaran sedangkan di SD pembelajaran mengacu  pada mata pelajaran  

Di jenjang SD terdapat 3 fase yaitu fase A (kelas 1- 2), fase B (kelas 3-4) dan fase C (kelas  5 – 6). Di jenjang SMP terdapat 1 fase yaitu fase D, dengan durasi 3 tahun, untuk kelas  1- 3 SMP. Terdapat 2 fase di SMA, yaitu fase E (kelas 10) dan fase F (kelas 11-12).  Perbedaan durasi fase ini lebih didasari oleh alasan praktikal dan bukan teoritis. Durasi  2 tahun di SD disebabkan banyaknya sekolah yang menggunakan kelas multi usia  (multi-age class) dengan mengakomodir 2 kelas. Sedangkan durasi fase di SMP didasari  oleh alasan tahap perkembangan dan di SMA didasari oleh kebutuhan peserta didik  SMA untuk memperkuat materi dan keterampilan di SMP dan peminatan.  

Dengan fase diharapkan peserta didik akan dapat memiliki banyak waktu untuk  menjalani proses belajar untuk dapat mengupas konsep-konsep dan mempelajari  keterampilan kunci, sehingga materi dapat dihantarkan dengan eksplorasi dan  pendalaman, bukan sekadar transfer pengetahuan.  

4. Capaian Pembelajaran PAUD 

Lingkup Capaian Pembelajaran di PAUD mencakup tiga elemen stimulasi yang saling  terintegrasi. Tiga elemen stimulasi tersebut merupakan penggabungan lima aspek  perkembangan anak (nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, sosial-emosi, dan  bahasa) dan bidang-bidang lain untuk optimalisasi tumbuh kembang anak sesuai  dengan kebutuhan pendidikan abad 21 dalam konteks Indonesia. 

Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan secara utuh dan  tidak terpisah. Ketiga elemen stimulasi tersebut adalah; 1) Nilai agama dan budi  pekerti, yang mencakup kemampuan dasar-dasar agama dan akhlak mulia; 2) Jati diri  mencakup pengenalan jati diri anak Indonesia yang sehat secara emosi dan sosial dan  berdasarkan Pancasila, serta memiliki kemandirian fisik, 3) Literasi dan sains,  tekhnologi rekayasa, seni dan matematika yang mencakup kemampuan memahami  informasi dan berkomunikasi serta berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca. Juga  kemampuan dasar berpikir STEAM untuk membangun anak yang kreatif dan mampu  memecahkan masalah.  




B. Komponen Capaian Pembelajaran 

Dalam dokumen CP terdapat empat komponen, diantaranya 

1. Rasional Mata Pelajaran: memuat alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut  dan keterkaitan antara mata pelajaran dengan salah satu (atau lebih) Profil Pelajar  Pancasila. Untuk SLB,rasional mata pelajaran juga menjelaskan keterkaitan mata pelajaran  untuk menunjang keterampilan fungsional anak dalam kehidupan sehari-hari. Pada jenjang  PAUD, rasional yang digunakan adalah rasional dirumuskannya CP. 

2. Tujuan Mata Pelajaran: Kemampuan atau kompetensi yang perlu dicapai peserta didik  setelah mempelajari mata pelajaran tersebut. Pada jenjang PAUD, karena tidak ada mata  pelajaran maka komponen tujuan ini berupa tujuan dari CP. 

3. Karakteristik Mata Pelajaran: Deskripsi umum tentang apa yang dipelajari dalam mata  pelajaran serta elemen-elemen (strands) atau domain mata pelajaran dan deskripsinya.  Pada jenjang PAUD, komponen karakteristik berupa karakteristik pembelajaran di PAUD. 

4. Capaian Pembelajaran Setiap Fase: Deskripsi yang mencakup pengetahuan, keterampilan,  serta kompetensi umum. Selanjutnya diturunkan menjadi Capaian Pembelajaran menurut  elemen yang dipetakan sesuai perkembangan peserta didik. Pembagian fase dalam CP  dapat digambarkan sebagai berikut: 

Fase fondasi: Pada umumnya PAUD, anak usia 5-6 tahun

Fase A : Pada umumnya SD Kelas 1-2 

Fase B : Pada umumnya SD Kelas 3-4 

Fase C : Pada umumnya SD Kelas 5-6 

Fase D : Pada umumnya SMP Kelas 7-9 

Fase E : Pada umumnya SMA Kelas 10 

Fase F : Pada umumnya SMA Kelas 11-12 

Untuk SLB CP didasarkan pada usía mental yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen.  Pembagian fase dapat digambarkan sebagai berikut: 

Fase A : Pada umumnya usía mental (≤7 tahun) 

Fase B : Pada umumnya usía mental (±8 tahun) 

Fase C : Pada umumnya usia mental (±8 tahun) 

Fase D : Pada umumnya usía mental (±9 tahun) 

Fase E : Pada umumnya usía mental (±10 tahun) 

Fase F : Pada umumnya usía mental (±10 tahun) 

Pada jenjang PAUD, terdapat satu fase yang disebut fase fondasi, dan ditujukan pada akhir  jenjang PAUD.




Sumber : Bahan Ajar Diklat Kepala Sekolah Penggerak Kemendikbud