Jumat, 02 September 2016
Jumat, 12 Februari 2016
Saatnya untu Menghilangkan sisa Kolonialisme Warisan Penjajah di Wajah Pendidikan Indonesia
Apabila kita bertanya mengapa kurikulum sekolah di Indonesia sedemikian berbeda dengan kurikulum sekolah di Amerika, maka jawaban yang paling sederhana adalah karena kita mewarisi kurikulum “budaya” kolonial Belanda sebagai pihak yang meletakkan dasar pendidikan di Indonesia saat mereka “hadir” selama 350 tahun lamanya.
Namun ternyata tidak hanya model kurikulum pendidikan saja yang ditanamkan oleh para kolonial tersebut di Indonesia, kemana kita hendak mengambil jurusanpun terpengaruh oleh akal-akalan mereka. Mengapa demikian? Kita tentu masih ingat saat kita SMA dahulu harus menjalani test IQ untuk penjurusan. Umumnya sekolah menetapkan bahwa murid dengan IQ tinggi bisa masuk ke jurusan IPA (A1/A2). Murid dengan IQ sedang sebaiknya masuk jurusan IPS (Sosial/A3) dan sisanya hanya mendapat kursi di jurusan Bahasa (A4). Di sinilah ternyata pengaruh akal-akalan para kolonial masih bersisa pada kita sampai saat ini.
Romo Mangun Wijaya (alm.) pernah berpendapat bahwa anak-anak yang kecerdasannya tinggi seharusnya juga diarahkan untuk masuk jurusan Sosial agar di masa mendatang akan lahir ekonom, hakim, jaksa, pengacara, polisi, diplomat, duta besar, maupun politisi yang hebat. Namun rupanya hal seperti ini tidak dikehendaki oleh penguasa (Belanda). Penguasa menginginkan anak-anak yang cerdas tidak memikirkan masalah sosial politik. Mereka cukup diarahkan untuk menjadi tenaga ahli/scientist, arsitektur, ahli matematika atau dokter yang hanya akan asyik dengan science di laboratorium sehingga tidak membahayakan posisi penguasa.
Paradigma akal-akalan Belanda ternyata masih sangat mempengaruhi pola berpikir orang tua/masyarakat kita saat ini, bahkan turut mempengaruhi konsep kesuksesan pada diri anak.
Pada suatu kesempatan, di muka 800-an anak, Kak Seto menunjukkan 5 Rudy:
1 : Rudy Habibie (BJ Habibie) – genius, penggagas IPTN.
2 : Rudy Hartono – juara bulu tangkis kelas dunia.
3 : Rudy Salam – pemain film dan sinetron.
4 : Rudy Hadisuwarno – seniman kecantikan.
5 : Rudy Choirudin – ahli kuliner / memasak.
Kak Seto pun bertanya, “Rudy yang mana yang paling sukses menurut kalian?”
Hampir semua anak menjawab “Rudy Habibie”
Sewaktu ditanyakan “Mengapa kalian bilang bahwa yang paling sukses Rudy Habibie?”
Anak-anakpun menjawab, “Karena bisa membuat pesawat terbang.”
Sewaktu Kak Seto menanyakan “Rudy yang mana yang paling tidak sukses?”
Hampir seluruh anak menjawab “Rudy Choirudin”
Ketika ditanyakan “Mengapa kalian mengatakan bahwa Rudy Choirudin bukan orang yang sukses?”
Anak-anakpun menjawab, “Karena Rudy Choirudin hanya bisa memasak”
Masyarakat kita umumnya masih beranggapan bahwa IQ adalah segala-galanya. Namun pada kenyataannya EQ, SQ dan faktor-faktor lain juga sangat menentukan kesuksesan seseorang.
Kesuksesan di sini tentunya jangan hanya diukur dari seberapa besar penghasilan seseorang, namun juga sampai sejauh mana ia dapat mengembangkan talentanya secara optimal sehingga bisa dimanfaatkan dalam kehidupan yang akan dijalaninya.
Anak-anak dan orang tua harus menyadari dan mensyukuri setiap talenta yang diberikan oleh Tuhan. Bila talenta tersebut dikembangkan dengan baik, maka kita bisa mencapai kesuksesan di “bidangnya”. Jadi untuk anak-anak yang tidak pintar matematika, tentunya mereka tidak perlu minder dan orang tua tidak perlu malu atau menekan anak. Anak yang lebih menyukai pelajaran menggambar tentunya tidak serta merta dikategorikan sebagai anak yang bodoh, karena menggambar memerlukan imajinasi serta ide yang tinggi, yang menjadi dasar sebuah penemuan baru. Anak yang suka mendominasi pembicaraan pun, kalau kita arahkan dengan baik kelak dapat menjadi politisi atau negotiator yang ulung.
Kitapun sebaiknya meyakini bahwa Tuhan menciptakan setiap kita (manusia) dengan maksud yang terbaik demi kemuliaan-Nya. Kalau saja kita meyakini hal tersebut, maka semua orang akan mensyukuri keadaan dan memanfaatkan talenta yang Tuhan berikan untuk kemuliaan-Nya.
#jendela hati
Kamis, 17 Desember 2015
Mothers Day... 22 Desember 2015
Mari kita kembali ke masa lalu tepatnya pada tanggal 22 s/d 25 Desember 1928 bertempat di Yogyakarta, para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera pada saat itu berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I (yang pertama).
Kalau melihat kembali sejarah, sebenarnya sejak tahun 1912 sudah ada organisasi perempuan. Pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.
Pada Konggres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama adalah mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.
Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini.
Pada awalnya peringatan Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Misi itulah yang tercermin menjadi semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama.
Peringatan Hari Ibu di Indonesia saat ini lebih kepada ungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.
Demikianlah info mengenai Sejarah Dan Makna Peringatan Hari Ibu 22 Desember semoga bermanfaat, dan Selamat Hari Ibu 22 Desember.
Sumber: infonews
Jika Anak Terlambat Berbicara???
Speech Delay atau keterlambatan bicara merupakan salah satu penyebab gangguan tumbuh kembang yang paling sering ditemukan pada balita. Menurut riset National Institue on Deafness and Other Communication Disorders, ada sekitar 5 persen bayi lahir berpeluang mengalami gangguan bicara yang terlihat pada satu tahun pertama. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab. Seperti gangguan pada otak, pendengaran, atau gangguan pada organ mulut. Gangguan keterlambatan bicara harus dideteksi dan ditangani sejak dini, tentu saja dengan metode yang tepat, mengingat bicara merupakan media utama untuk mengekspresikan emosi, pikiran, pendapat, serta keinginan. Bila tidak diatasi dengan baik, bisa membuat si kecil frustasi. Ingat, orangtua dan lingkungan terdekat memegang peranan penting dalam perkembangan bicara dan bahasa anak.
Kapan harus khawatir?
Pada usia 12-18 bulan, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengganguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh dan lainnya. Anak dapat dikatakan mengalami keterlambatan bicara bila usia 10-15 bulan tidak mampu memahami pembicaraan orang lain. Apabila ia tidak mampu mengucapkan 4-6 kata di usia 11-20 bulan atau tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain di usia sekitar 24 bulan, nah saat itulah Anda sudah harus mulai khawatir. Konsultasikan terlebih dahulu dengan pasangan Anda, apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Kapan perlu terapi?
Menurut dr Mira Irmawati SpA(K) RSUD Soetomo Surabaya, orangtua sering terlambat mengetahui gejala speech delay. Biasanya mereka membawa ke dokter saat anak sudah berusia dua tahun. Walaupun tidak ada kata terlambat untuk pengobatan, namun dr Mira selalu menganjurkan agar pengobatan dilakukan sedini mungkin. Salah satu cara adalah dengan speech terapi. Waktu terapi yang dibutuhkan setiap anak berbeda, tergantung pribadi sang anak dan tentu saja dukungan orangtuanya.
Saat di rumah…
Rajinlah berbicara dan berkomunikasi dengan si kecil. Sesibuk apapun Anda paling tidak luangkan satu waktu untuk mengajaknya mengobrol. Tanyakan apa yang sedang ia lakukan, ajak bermain tebak-tebakan dengan menyebutkan benda-benda di sekitar. Atau, bacakan cerita. Cara itu efektif untuk meningkatkan kosa kata anak. Sambil membaca, Anda dapat menunjukkan gambar dan menyebut nama bendanya. Setelah itu, biarkan ia mencoba mengulang nama benda-benda tersebut.
Masuk PAUD…
Masuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) bisa jadi salah satu solusi untuk menangani anak speech delay. Dengan bertemu teman sebayanya dan guru-guru, si kecil dapat lebih aktif, mulai belajar bersosialisasi sekaligus komunikasi. Tabungan kosakata bahasanya pun akan semakin bertambah. Jangan lupa setibanya di rumah, pancing anak agar bercerita tentang kegiatannya seharian.
Stimulasi penting..
Tidak hanya orangtua yang ikut turut berperan tapi seluruh keluarga juga harus ikut membantu balita supaya lekas bicara. Ingatkan mereka, selama menjalin komunikasi dengan anak Anda, jangan lupa melakukan kontak mata secara intensif, karena pandangan mata bisa membuat anak merasakan perhatian, kasih sayang, cinta dan pengertian. Stimulasi sederhana seperti mengoleskan madu di bawah bibir anak juga bisa Anda coba. Tujuannya agar lidahnya terstimulasi untuk bergerak dan mengeluarkan suara. Ajak juga balita berkespresi di depan kaca, sambil mengucapkan A,I,U,E,O.
Langganan:
Postingan (Atom)

Setiap anak berpotensi meraih prestasi tertinggi dalam bidang yang mereka tekuni. Tetapi kenyataannya hanya sedikit sekali anak yang berhasil meraih prestasi. Mengapa? Kita memerlukan pendekatan pembelajaran yang revolusioner. Sebuah pendekatan yang melejitkan potensi belajar setiap anak, melejitkan potensi kreatif dan inovatifnya.
Popular Posts
-
Kadang saat karnaval kita bingung untuk memilih tema yang menarik, kali ini kami akan berbagi tips untuk memilih tema yang unik dan mena...
-
Semangat pagi guru-guru hebat Indonesia Kali ini, kami akan men-share Juknis Apresiasi GTK PAUD DIKMAS 2018 Ayo ibu-ibu guru, khususn...
-
Ayo mampir ke acara “Pekan Raya Pinrang 2018” mulai tanggal 24-31 Maret 2018 Di Lapangan Bosowa Pinrang Ada Pameran Multi produk, BUMN, ...
Arsip Artikel
-
►
2013
(2)
- ► Desember 2013 (2)
-
►
2015
(20)
- ► Agustus 2015 (13)
- ► September 2015 (5)
- ► Desember 2015 (2)
-
►
2016
(2)
- ► Februari 2016 (1)
- ► September 2016 (1)
-
►
2017
(11)
- ► Januari 2017 (1)
- ► Februari 2017 (1)
- ► Oktober 2017 (1)
- ► November 2017 (6)
- ► Desember 2017 (2)
-
►
2018
(31)
- ► Januari 2018 (1)
- ► Februari 2018 (2)
- ► Maret 2018 (9)
- ► April 2018 (6)
-
►
2019
(15)
- ► Januari 2019 (1)
- ► Maret 2019 (7)
- ► September 2019 (1)
- ► Oktober 2019 (1)
- ► November 2019 (1)
- ► Desember 2019 (4)
-
►
2020
(5)
- ► Januari 2020 (1)
- ► April 2020 (1)
- ► Oktober 2020 (1)
- ► November 2020 (1)
- ► Desember 2020 (1)
-
►
2021
(3)
- ► Januari 2021 (2)
- ► Agustus 2021 (1)
-
►
2022
(1)
- ► Oktober 2022 (1)