Rabu, 29 April 2020

Sejarah Lembaga Pemdidikan e~SchooL

Kisah ini bermula,  dari 17 tahun yang lalu...

Mimpi Anak SMA


Seorang gadis kecil berjilbab putih, duduk di pojok teras kelas..
Pikirannya menerawang jauh, ke balik awan. Masih belum percaya rasanya dia bisa ada di tempat itu, sebuah sekolah andalan kata orang-orang, yang menjadi incaran para pencari ilmu dari pelosok nusantara. Ya, SMAN 2 Tinggi Moncong atau lebih sering di kenal dengan SMA Andalan Malino atau SMUDAMA bahasa akrabnya. 

 Gadis itu, benar-benar masih mengumpulkan segenap ruhnya untuk mempercayai takdirnya dan menjalani takdir yang indah ini. Masih terngiang keraguannya saat dilepas ujian masuk oleh ayahandanya. “Takutka, tidak peDe ka kurasa lulus masuk karena 60 orang ji diterima” ungkapnya saat pamit, tapi dengan besar hati ayahanda hanya berkata “Jika memang rezeki, biar 10 atau Cuma dua orang yang diterima, insha Allah luluski”. Dan Alhamdulillah, disinilah dia duduk di teras kelas IX IPA 1 SMAN 2 Tinggimoncong yang saat tes masuk berhasil meraih posisi ke10 dengan bantuan beasiswa dari Pemerintah Kabupaten Pinrang. 

Hari-hari pertama masih terasa mimpi...
Tapi setelah sebulan menjalaninya, gadis kecil itu sudah mulai merajut mimpi-mimpi..
 Gadis itu adalah saya, dan inilah awal kisah mimpi ini. 

Bersekolah di SMAN 2 Tinggi Moncong atau SMUDAMA lebih akrabnya untuk kami, menjadikan kami harus bisa berpisah dengan orang tua. Berpisah hal yang tidak mudah bagi kami yang masih terbiasa bersama orang tua setiap harinya. Tapi, tetap harus dilakoni demi sebuah cita-cita.
Cita-cita awal yang terbesit dihati sejak kecil memang ingin bermanfaat bagi orang banyak, melihat mama menjadi guru favorit murid-muridnya, melihat ayah bermanfaat banyak bagi muridnya, kakek, paman, dan tante yang bisa dikatakan kami bersaudara memang dibesarkan di kalangan pendidik
Jadilah jiwa yang tumbuh mendarah daging dalam tubuh saya adalah jiwa pendidik. 

Hingga memasuki, semester kedua di Bangku kelas IX sebagai angkatan VII/Lucky Seven Smudama, saat menempuh pendidikan menengah di SMAN 2 Tinggimoncong, saya yang berasal dari Daerah (Kabupaten Pinrang) merasa sangat tertinggal secara pengalaman belajar dan keterampilan belajar dari teman-teman, bahkan dari siswa yang berasal dari Papua, bahkan hingga meneteskan air mata menengadahkan tangan ke langit seraya berazzam/berjanji untuk mendirikan lembaga pendidikan yang berkualitas dan bersaing di daerahnya (Kabupaten Pinrang). Dan  kesenjangan pengalaman belajar & keterampilan belajar tidak dirasakan lagi oleh anak-anak di daerah sehingga anak-anak di daerah pun bisa maju seperti di perkotaan, cukup saya yang merasa tertinggal, tidak anak-anakku kelak.

Dari janji tersebut, saya memutuskan untuk fokus mendalami bidang pendidikan, hingga berhasil lulus tes pada dua Universitas sekaligus, yaitu Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Makassar. Karena panggilan jiwa pada dunia pendidikan lebih kuat dalam hati, sehingga pilihan saya pun jatuh pada Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (yang saat itu satu-satunya yang menyelenggarakan jurusan Psikologi di Makassar)

Setelah menyelesaikan Pendidikannya sebagai Sarjana Psikologi (2010), saya tidak berhenti begitu saja, dengan dukungan penuh suami dan kelaurga besar, kemudian mengikuti beberapa kursus online, pelatihan, dan penelitian di berbagai lembaga pendidikan di Makassar, Jogjakarta, Bandung, dan Semarang, hingga tahun 2012 mantap untuk membuka Lembaga Pendidikan e~SchooL di Kabupaten Pinrang

Dan disini pulalah mulai merajut mimpi untuk belajar langsung ke negara yang pemerataan pendidikannya paling baik, dan kualitas pendidikan yang terbaik menurut saya, Jepang...


Sekolah Impian



Lembaga Pendidikan e~School berdiri pertama kali di bulan Mei 2010, tapi masih menjadi lembaga training yang membantu siswa-siswi SD, SMP, dan SMA/SMK dalam mempersiapkan aspek psikologis menjelang UN saat itu, dari kota Makassar, Maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, dan Kabupaten Pinrang, menjangkau hampir 1000 peserta training..
Tapi, Proses menjadi sekolah yang sebenarnya berawal di 2012...

TK / Playgroup / Daycare Islam Plus e~SchooL
Numpang, ya... awal mendiirkan sekolah ini kami hanya bermodalkan niat yang tulus, semangat yang membuncah, dan tabungan dengan jumlah yang sangat minim untuk mendirikan sebuah sekolah, akhirnya kami berpikir untuk ‘numpang’ di salah satu bimbingan belajar (JILC) yang mana saya pernah menjadi tentor bahasa inggris selama beberapa tahun belakangan, akhirnya kami sepakat bahwa kami ‘numpang’ di pagi hari untuk membuka sekolah hingga siang hari, dan sore serta malam harinya digunakan oleh  JILC seperti biasanya, sehingga e~schooL menyewa gedung tersebut dengan sistem sharing.

Namun, karena membludaknya jumlah pendaftar yang melebihi ekspektasi kami, dalam dua bulan kami harus memutuskan untuk menyewa/kontrak sendiri gedung untuk digunakan, dan Alhamdulilah setelah pencarian yang memakan waktu dan tenaga akhirnya kami menyewa rumah yang hampir hancur, karena lebih dari 10 tahun tidak terawat. Mulai lah kami merenovasi sedikit demi sedikit, memasang aliran listrik, ubin lantai, jendela, membuat pintu, mengecat dinding dan menghias ruangan, serta yang tidak pernah terlupakan adalah menebang rumput yang tingginya jauh diatas tinggi tubuh kami. Yah perjuangan di tahun-tahun pertama yang tidak akan terlupakan. 

 Sesuai kontrak, dengan renovasi tersebut, kami memilki hak pakai selama 5 tahun, walaupun sistem sewa masih kami lakukan setiap tahunnya. Namun, di tahun ketiga berjalannya sekolah di Jl. Ir. Juanda tersebut, pihak pemilik menyatakan ingin menggunakan lahan tersebut, walaupun masih tersisa dua tahun dari kesepakatan awal, tapi pemilik tetaplah yang memilki kuasa untuk mengambil kembali hak miliknya, sehingga mengharuskan kami terpaksa mencari tempat bernaung yang baru. 
Waktu yang diberikan pada kami kurang dari sebulan, saya ingat benar hari itu, setelah lebaran pihak pemilik sudah akan menghancurkan gedung untuk mereka gunakan sendiri. Jadilah, proses mencari dan mencari dimulai kembali. Hampir dua minggu tiap hari saya menyusuri jalan-jalan kota, lorong-lorong kecil, hingga gang-gang sempit untuk mencari rumah yang disewakan. Setelah belasan kontak person rumah yang disewakan dengan harga dan aturan yang bervariasi, tibalah pada pilihan yang sedikit sulit, karena rumah yang tersisa dan sesuai dengan kriteria kami yaitu memiliki halaman yang luas untuk bermain, jatuhlah pilihan kami ke sebuah rumah tua di JL.Ir.Juanda yang saat itu masih dalam keadaan seperti semula saat di bangun puluhan tahun yang lalu mungkin, lantai semen kasar, dinding bata, atap tanpa plavon, halaman yang kebanjiran jika turun hujan, ah... rasa-rasanya tidak layak untuk menjadi sekolah.   Tapi, bismillah hati berasa sudah terpaut di tempat ini, dan mulailah perjuangan kembali dimulai. Renovasi sedikit demi sedikit hingga saat tenggak waktu sebulan bisa setidaknya layak untuk digunakan.

Tapi kisah sedih tentang rumah sekolah ini belum usai. Memasuki tahun ketiga kami menempati rumah ini dengan sistem kontrak, sang pemilik bersikeras menjualnya, bahkan belum selesai usia kontrak tahun tersebut, sang pemilik menempelkan dipagar sekolah tulisan “DIJUAL”, ah... betapa hancurnya hati ini saat itu, disaat dana untuk tempat memang cuma cukup tuk sewa saja, juga karena bingung jika pindahan lagi dengan sebegitu banyak barang yang harus diangkut lagi, dan pertanyaan berulang orang tua yang semakin membuat berpikir keras, “Pindah lagi bunda?”, “Pindah kemana?”... 
Tapi, bismillah... seraya menarik nafas dalam dan menjernihkan pikiran, 
“Allah yang memberi ujian, Allah pulalah yang menyedeiakan jawabannya”
Dan , setelah berkeliling sepekan lebih mencari tempat, dan tidak mendapat alternatif yang lebih baik, akhirnya dengan pertimbangan yang panjang, kami memutuskan untuk mencoba berusaha menggalang dana untuk membeli rumah yang kami tempati saat itu, 700jt, uang yang mustahil kami dapatkan dalam waktu singkat, tapi Alhamdulillah dengan bantuan dan dukungan penuh orang tua dan keluarga, dana untuk down payment rumah tersebut telah terkumpul, dan Nopember 2017 status sewa menjadi hak milik Lembaga Pendidikan e~SchooL, walaupun masih mengangsur sisanya hingga saat ini...




Ini lah kami orang kecil tanpa nama besar
yang mungkin selalu nekat berbuat 'besar',
Kami hanya orang-orang kecil yg benar-benar ingin mengabadikan diri kami, dengan modal semangat dan keyakinan kami...

Tapi Alhamdulillah 
tahap demi tahap kami telah lalui dengan kerja keras diiringi nyinyir org sekitar mungkin, 
tapi tak masalah, 
kami bukan bekerja untuk mereka...

Yang kami tahu, 
mimpi kami masih panjang,
Jadi kaki kami harus tetap melangkah,
Bahkan harus melangkah lebih panjang dan lebih cepat karena, kami hanya orang-orang kecil...

Kamis, 30 Januari 2020

KIDS FESTIVAL PINRANG 2020, ajang prestasi dan kolaborasi anak

 

Dont Miss the Moment!!!

KIDS FESTIVAL PINRANG 2020, ajang prestasi dan kolaborasi anak 

Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik setiap anak tentu berbeda satu dengan yang lain. Hal ini sangat penting diperhatikan orangtua atau pendidik. Karakteristik anak usia dini tersebut antara lain:

(1) Anak sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya mulai dari apa yang mereka lihat. Hingga rasa ingin tahu mereka yang sangat tinggi.
(2) Anak usia dini bersifat egosentris, dia tidak terlalu mempedulikan perkataan dan perbuatan orang lain karena menganggap dirinya yang benar.
(3) Masa pembangkangan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh orang tua. Jika tidak maka akan berdampak buruk pada karakter anak pada saat dewasa nantinya.
(4) Masa imitasi atau meniru, anak senang meniru dengan hal-hal yang mereka lihat.
(5) Berkelompok, ialah mengenai kelompok bermain anak. Mereka lebih menyukai bermain di luar bersama teman sebayanya daripada hanya bermain di rumah saja.
(6) Eksplorasi, sangat tepat jika pendidik mempunyai berbagai macam alat bermain dan permainan yang dapat membuat anak selalu antusias untuk mengikuti pengajaran dan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak.
Memperhatikan karakteristik anak di atas, maka dalam Pendidikan Anak Usia Dini seorang pendidik sebaiknya menggunakan tiga pendekatan. Yaitu, Learning by Playing, Learning by Doing, dan Learning by Stimulating.
Dari uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini perlu dimulai sejak dini. Bahkan orang tua dapat mengasahnya mulai balita. Ini karena anak yang dididik sejak dini mempunyai perbedaan yang sangat mencolok daripada anak yang kurang mendapat perhatian tentang pendidikan.
Kompetisi untuk anak, pentingkah?
Bagi sebagian orang tua, kompetisi hal yang perlu dihindarkan dari anak. Cemas kompetisi akan memberi tekanan dan stres pada anak, orang tua berusaha menjauhkan anak dari persaingan. Mereka membentengi anak dari kekecewaan dengan selalu mengatakan “semua anak adalah pemenang”.
Benarkah tidak pernah merasakan kemenangan atau kekalahan membawa kebaikan untuk anak? Tidak juga. Para ahli tumbuh kembang anak menyebutkan, kompetisi secara sehat bisa memberi dampak positif.
Selain mempersiapkan mereka melalui pengalaman menang dan kalah—hei, mereka tidak akan selalu mendapat apa yang mereka mau kelak—berkompetisi membantu mereka mengembangkan beberapa kemampuan yang akan berguna ketika mereka dewasa, seperti menunggu dan mengambil waktu giliran, empati, keuletan, dan kepercayaan diri.
“Kompetisi membantu anak memahami bahwa tidak harus selalu menjadi yang terbaik atau terpintar untuk menjadi sukses, tetapi kesuksesan akan datang kepada mereka yang bekerja keras dan gigih,” bilang Dr. Timothy Gunn, Psy.D, neuropsikolog pediatri pemilik Gunn Psychological Services, Inc. di California Selatan, dan salah satu juri acara Child Genius: Battle of the Brightest di kanal berbayar Lifetime. “Anak-anak yang terlibat dalam kompetisi akan mempelajari keterampilan sosial melalui interaksi dengan anak-anak lain, juga belajar soal nilai bekerja keras dan mengembangkan kepercayaan diri.”
Ciri-ciri kompetisi sehat dan tidak sehat
Agar manfaat kompetisi dirasakan anak, orang tua harus memastikan atmosfer kompetisi yang sehat dan membangun untuk mereka. Bagaimana mengetahui sebuah kompetisi sehat untuk mereka? Anak-anak tidak selalu bisa mengomunikasikannya dengan Anda. Namun ada beberapa ciri yang perlu diamati ketika anak terlibat dalam sebuah kompetisi.
Jika kompetisi berjalan dengan sehat, mereka akan menunjukkan reaksi:
1. Meminta ikut serta di kompetisi sejenis di waktu lain.
2. Bisa menerima kemenangan atau kekalahan dengan tenang tanpa emosi berlebihan.
3. Ada kemampuan baru yang mereka pelajari dan termotivasi untuk menjadi lebih baik serta terlihat bahagia dan menikmati proses peningkatan rasa percaya diri.
Sementara itu kompetisi yang tidak sehat akan terlihat dari kondisi anak sebagai berikut:
1. Menolak mengikuti kompetisi sejenis di waktu lain.
2. Berpura-pura sakit atau menghindari dengan mengatakan kebohongan lain ketika akan menghadapi kompetisi.
3. Menunjukkan gejala depresi, kecemasan, sulit tidur, atau kehilangan nafsu makan bahkan setelah kompetisi usai. “Kebanyakan anak yang berkompetisi mengalami kecemasan saat menghadapi pertandingan atau audisi besar, namun tidak perlu khawatir berkepanjangan hingga memengaruhi hal-hal lain dalam hidup mereka,” Gunn memperingatkan.
Bantu anak berkompetisi secara sehat
Mengalami kekalahan atau nyaris menang tidak selalu mudah untuk anak-anak, tetapi Anda selalu dapat membantu anak berpikir positif tentang kompetisi. Untuk permulaan, bantu anak mendefinisikan keberhasilan dalam kompetisi. Katakan, keberhasilan dalam kompetisi tidak selalu diartikan dengan memenangi piala, tetapi buatlah tujuan tersendiri dan tanamkan dalam benak anak. Misalnya, anak telah mencapai keberhasilan bila berani tampil di depan umum tanpa rasa malu.
“Saya meyakini bagian dari mengembangkan kompetisi yang sehat adalah ketika anak belajar bahwa kompetitor terberat adalah diri sendiri,” jelas Gunn. Alih-alih berkonsentrasi mengalahkan orang lain, minta anak fokus mengalahkan rasa takut, rasa tidak percaya diri mereka, atau mengalahkan rekor terakhir mereka sendiri.
Gunn membagi pengalaman menyertakan anaknya yang berusia 5 tahun dalam perlombaan lari. Di perlombaan pertama, sang anak menjadi pelari di garis paling belakang.
“Kami memberitahunya, kami tidak ingin ia mengkhawatirkan tentang betapa cepatnya anak-anak lain berlari, tetapi fokuslah pada waktu yang ia tempuh sendiri,” ungkapnya.
“Kami membuat target waktu sendiri yang harus ia tempuh, jadi perspektifnya berubah dari berkompetisi melawan anak-anak lain menjadi berkompetisi melawan kemampuannya sendiri.”
Hasilnya, si anak menikmati sebuah kekalahan sebagai keberhasilan mengalahkan targetnya sendiri. “Dia terus menikmati perlombaan lari hingga menyeberang negara bagian, meski sering menjadi anak terakhir yang melewati garis finis,” pungkas Gunn di berita https://gaya.tempo.co/read/757970/pentingnya-kompetisi-bagi-tumbuh-kembang-anak/full&view=ok


Selasa, 03 Desember 2019

KIsah Eyang Habibie dan Pesawat, kisah inspiratif untuk anak...

Sungguh...
Engkau slalu hidup dalam Hati kami...
dan, menjadi inspirasi tuk anak cucu kami...

Sepekan setelah kembalimu ke pencipta,
mata kami masih basah oleh air mata,
mengenang kisah cinta dan asamu,
cintamu akan bangsa ini
Asamu tuk perjuangan...



sepekan setelah pusaramu tertutup oleh tanah,
bibir kami masih tetap basah dalam doa-doa lirih,
mendoakan kekasih dan dirimu,
yang bersua tuk melanjutkan perjalanan...
sungguh indah, sungguh membuat kami iri...

Habibie pedda ulunna,
Nataro kappala luttu...
Lagu masa kecil,
Yg menggambarkan betapa Habibie sangat identik dengan pesawat terbang pada kami anak bangsa...

Semoga, R-80 segera terbang mengangkasa,
Menyatukan Nusantara...
Impian terakhirmu...
e~SchooL, 17 September 2019

Minggu, 01 Desember 2019

Bagaimana APE (Alat Peraga Edukatif) Anak di PAUD Jepang ? (Catatan Kunjungan di Paud Jepang, 2019)

Apa itu Alat peraga edukatif atau disingkat APE di PAUD?


Pengertian APE PAUD (Alat Permainan Edukatif) Menurut Para Ahli –adalah alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan (Mayke Sugianto, 1995).

Tidak terlalu jauh berbeda dengan pengertian atau definisi alat permainan edukatif di atas, Direktorat PADU, Depdiknas (2003) mendefinisikan alat permainan edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai  edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak.


Untuk dapat melihat dan memahami secara lebih mendalam mengenai apakah suatu alat permainan dapat dikategorikan sebagai alat permainan edukatif untuk anak TK atau tidak, terdapat beberapa ciri yang harus dipenuhinya yaitu:
  1. alat permainan tersebut ditujukan untuk anak PAUD
  2. difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak PAUD
  3. dapat  digunakan  dengan  berbagai  cara,  bentuk,  dan  untuk  bermacam  tujuan  aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna
  4. aman atau tidak berbahaya bagi anak
  5. dirancang untuk mendorong aktifitas dan kreatifitas anak
  6. bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan
  7. mengandung nilai pendidikan
Alat permainan edukatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran anak di PAUD (TK KB TPA SPS). Ketersediaan alat permainan tersebut   sangat menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara efektif dan menyenangkan sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.


Nah, Pertanyaan selanjutnya..

Bagaimana sih alat peraga edukatif di PAUD Jepang yang menjadi rujukan pendidikan anak usia dini yang konon kabarnya terbaik di bidang pendidikan anak usia dini?
Berdasarkan beberapa referensi dan pengamatan langsung di Hoikuen Jepang, inilah beberapa foto alat peraga tersebut :










Ternyata..... mungkin jauuuuh dari bayangan kita.
Jepang yang notabenenya adalah negara maju dengan teknologi yang sangat canggih, ternyata memanfaatkan sampah untuk pembuatan alat peraga...

Jadi, jangan pernah berkecil hati dan patah semangat dengan keterbatasan dana atau lembaga, 

Karena, sampah pun bisa menjadi alat peraga edukatif yang sangat menyenagkan dan menarik untuk anak-anak kita...

SO, yuk semakin semangat dan kreatif dalam membersamai anak-anak didik serta anak-anak kita dirumah demi perkembangan dan stimulasi tepat untuk anak yang hebat..


#sederhanapenuhmakna
#rumahbermainpenuhcintadanCita